SESALKU YANG TERLAMBAT
Awal
mengenal dunia kampus yang penuh tawa dan warna-warni keceriahan para Mahasiswa
baru. Wajah-wajah asing masih terlihat di sana-sini.
Aku
si pendiam “ sebutan kawan-kawan yang belum kenal dan mengerti keramahan aku bila
keakraban telah terjalin “ duduk di bangku paling belakang ruang kelasku yang
belum terlalu mengenal satu sama lain.
Awal
hariku di dunia kampus yang kujejaki setiap harinya hampir sama dan berjalan
beberapa pekan awal perkuliahan hingga Aku mengenal Tina seorang gadis
bertingkah tomboy melalui Rifka seorang teman yang lebih dahulu kukenal dari
sewaktu ospek. Perkenalanku dengan Tina diawali dari keisengan Rifka dan Tina
yang duduk di lantai dua gedung kampus berbincang dan entah apa yang mereka perbincangkan
sampai mereka terfikir untuk mengirimkan SMS misterius padaku yang duduk
diantara teman di kantin depan kampus, Aku dengan rasa penasaran yang tinggi
meminta mereka untuk jujur namun mereka tatap saja tak mau mengungkap identitas
mereka hingga Aku membalas pesan singkat dari telepon seluler yang mereka kirim
dengan kata-kata yang sedikit kasar dengan tujuan agar mereka mau mengungkapkan
siapa mereka sebenarnya.
Sore
sekitar jam 16:46 aku berjalan keluar dari kelas menuju jalan di sisi sebelah
kiri parkiran non permanen di depan kampus. Tanpa disadari Tina dan Rifka
mennghampiriku dan sesaat kemudian menepuk pundakku dengan buku yang
dipegangnya dan mengatakan.
“ kamu
kasar juga ternyata, tak pernah kusangka dirimu yang terlihat pendiam bisa
sekasar itu”
Kata
Tina dengan penuh kehangatan dan senyum senyum ramah dari bibirnya
“maaf,
Aku mengira itu bukan ulah kalian”
Pertemuan
Aku dan Tina pun semakin akrab dari hari kehari, baik itu jika pulang bersama
duduk berdampingan di pojok paling belakang mikrolet maupun komunikasi lewat
telekomunikasi seluler yang semakin lancar..
Kring…kring…kring….
Hand phone berbunyi dengan nama Tina di layar beberapa inci telepon genggamku,
dengan mata setengah terpejam Aku pun segera menjawabnya
“hallo…”
“ hallo, assalamu alaikum”
“ waalaikum salam, ada apa?”
“tak ada apa-apa, udah tidur
ya?”
“belum… kenapa, ada yang bisa
saya bantu”
Akupun
segera beranjak menuju sebuah kursi dekat sumur di pojok bagian belakang
gubukku dengan tujuan menghindari adanya kebisingan yang bisa mengganggu
ketenangan keluaragaku yang telah tertidur walau harus merelakan sekujur tubuh
dipenuhi bekas gigitan nyamuk. Dari pojok sanalah untaian kata demi kata
terlontarkan hingga kami menjalin hubungan yang lebih akrab dan dari sana pula
ikrar cinta tercetus dari bibir kami sebagai pasangan muda yang mengawali kisah
cinta.
Awal
perjalanan cinta antara kami pun diwarnai dengan bahagia dan warna-warni
penawar ketegangan menjalani hari-hari, hampir setiap waktu dihabiskan bersama
menyulam bahagia layaknya pasangan muda-mudi lainya. Terkadang rasa tidak sabar
datang menantikan waktu siang yang menandakan sebentar lagi waktunya untuk
berangkat menuju kampus dan menemui kekasih yang menyulap rindu jadi bahagia.
Perjalanan
cinta kami baru seumur jagung, keharmonisan kami mulai diwarnai pertentangan
dan pertegkaran karena perbedaan pendapat yang terjadi terhadap suatu hal yang
sepele. Ternyata belum setahun usia hubungan kami bukan lagi hanya pertengkaran
yang menghias namun air mata pun kerap menetes dari kedua kelopak mata
indahnya. Untungnya Tina dengan ketegaran dan kesabarannya masih mampu menahan
beban yang kuberikan yang tanpa kusadari bahwa itu adalah sebuah kekhilafan yang
dapat membuat hatinya remuk dan hancur. Aku belum menyadari kala itu pahitnya
bila kehilangan sosok penyayang seperti Tina. Pertengkaran hebatpun terjadi
pada kami
“Kenapa
sikap kamu begitu berubah..” (ucap Tina sambil membuang pandangan dariku).
Aku
menanggapidengan muka yang memerah penuah amarah karena merasa tak terima
dengan apa yang disangkakan Tina padaku.
Aku:
“Sikap apa yang berubah?, tak usah kamu terlalu banyak menanggapi dan
memperotes diriku yang seperti ini.”
Tina:
“belakangan ini kamu memang banyak berubah dengan tingkahmu yang seolah tak
memperhatikanku meskipun di saat saya sangat membutuhkan perhatianmu”
Aku:
“Sudahlah, mugkin kamu yang terlalu banyak mengatur hidupku.”
Tina:
“bukan aku mengatur hidupmu, saya cuma menuntut perhatian darimu yang tak lagi
kurasakan selain amarah yang kamu lampiaskan padaku”
Aku:
bila kamu merasa tak mampu lagi bertahan denganku, maka akhiri saja hubungan
ini
Hingga
ketika hubungan Aku dan Tina kandas dikarenakan Tina yang tak lagi mampu
menahan sakit yang kuberikan dari setiap rasa ego dan kasarku terhadapnya
sebagai seorang wanita yang seharusnya disayang dan dilindungi. Aku tak pernah
menyadari hal tersebut kala itu. Akan tetapi atas kebesaran hati Tina, Tina
masih mau memberikan kesempatan terhadapku untuk memperbaiki setiap kesalahanku
dan kembali menjalin hubungan. Menyedihkan, hubungan kami kembali diwarnai
perbedaan pendapat dari sikap ego dan kasarku, hari-hari Tina pun diwarnai
dengan masalah yang jarang memberinya kesempatan walau hanya buat
tersenyum.
Akhirnya,
hubungan bubar untuk yang ke dua kalinya. Dan semua itu karena sikapku yang tak
pernah mengerti Tina. Hingga pengharapan pada batin gadis yang jarang menemukan
kebahagiaaan bila bersamaku ini selama lebih dari lima bulan lamanya tersimpan
untukku agar bisa kembali dan sadar akan setiap tingkahku yang tak wajar
terhadapnya sebagai belahan jiwa yang disayang, berharap kiranya aku dapat
memberinya kebahagiaan layaknya awal-awal kebersamaan dulu namun yang kuberikan
bukanya kebahagiaan tetapi malah menambah beban penderitaan pada hati Tina.
Terkadang aku melintas di hadapan Tina dengan rasa cuek dan terkadang pula rasa
cemburunya terabaikan layaknya angin lalu yang melintas di sekitarku. Sungguh
ego diriku kala itu.
Aku
melakukan semua itu berdasarkan atas sebuah alasan yang mungkin belum
diketahuinya hingga kini yang seakan memaksakanku berbuat seperti itu agar
nantinya bisa terpenuhi apa yang didambakannya dan begitupun dengan Aku, yakni
cinta dan kasih sayang seutuhnya yang dapat dirasakan pada jenjang yang lebih
dekat dari sebuah ikatan hubungan berpacaran atau sebut saja itu pernikahan.
Aku sangat yakin Tina sangat terpukul dengan semua kenyataan pahit masa laluku
bersamanya bila ia tak mengetahui alasan Aku melakukan hal tersebut, yaitu hal
yang membuatnya menderita dan menjerit dalam hati meneriakkan perasaan sakit
yang dialaminya selama hampir dua tahun. Tapi sungguh, semua itu kulakukan
hanya unutuk membuat Tina sedikit dewasa yang masih sangat terikat dengan makna
pacaran yang dikenal di masa remaja.
Perlahan
Tina pun mulai bangkit dari keterpurukannya mengenang semua tingkahku yang
olehnya dinggap suatu kebohongan, serta perih masa lalu yang suram bersamaku
dengan bantuan kedua sahabatnya Nola dan Widi yang terus menerus memberikan
motivasi serta solusi padanya hingga Tina mengambil sebuah keputusan untuk tak
akan lagi mencintai orang yang tak cinta denganya. Nasib baik baginya, seorang
lelaki yang olehnya dipanggil dengan sebutan “Daeng” menghampiri puing-puing
hatinya yang telah hancur dan dengan perlahan menyatukannya kembali dengan cara
membangkitkannya dan membuatnya kembali menampakkan senyum indahnya pada dunia
yang mungkin telah rindu dengan senyuman dari seorang wanita berhati tegar yang
sempat terjatuh oleh penderitaan yang berkepanjangan.
Hari
demi hari keakraban antara Daeng dan Tina semakin dalam. Dan Tina pun merasakan
bahwa sosok Daeng adalah penyelamat jiwanya yang tentu saja berbeda dengan Aku
yang hanya mampu menorehkan luka pada jiwa lemah dari sisi wanitanya.
Dari
sinilah penderitaan Aku dimulai yang cemburu melihat perilaku Daeng dan Tina
yang semakin hari hubungan mereka semakin dekat. Aku tak tau lagi harus
bagaimana menyikapi hal tersebut. Kini hanyalah penyesalan yang dalam dari
lubuk hatiku “ mengapa tak
kuteruskan saja kisah kisahku dulu bersamanya dan tak usah memperdulikan apa
yang aku takutkan”. Kesalku berkecamuk dalam hati, tak tahu mengapa baru
sekarang terpikir hal ini. Atau mungkun Tuhan membalasku sebagai karma dari
sakit hati yang seakan kini berada padaku?. Tak semestinya Aku mengecewakan
Tina dengan alasan yang tak perlu membuatku ragu untuk tetap menjalin kisah
kasih bersamanya dahulu.
Aku
dengan segala penyesalanku mencoba untuk menjelaskan sedikit dari apa yang
sebenarnya terjadi pada diriku saat ini namun kini setiap kata yang terlontar
tak lagi bermakna baginya walau dengan diiringi air mata penyesalan sekalipun.
“mengapa baru sekarang, kemana saja kau selama ini? Apa kau tak pernah
menyadari betapa sakitnya diriku yang kau tinggalkan”
“tapi…..
(aku mencoba mengunkapkannya dengan mata berkaca-kaca)”
“
sudahlah, bila kau mengharap sebuah kesempatan lagi dariku, maka itu adalah hal
yang tak mungkin lagi. Diriku tak mungkin lagi mau terjatuh untuk ke tiga
kalinya”
Aku
tak mampu berbuat apa-apa mendengar setiap kata yang diungkapnya dengan rasa
trauma yang jelas tergambar dari sorot mata di balik kaca matanya yang bening.
“tak
usah kamu seperti itu sebab yang ada kamu hanya akan menambah sakitku saja.
Pulanglah….!. terus terang, aku bisa tertawa dan bangkit kembali semua itu tak
lepas dari kehadiran sosok Daeng di hatiku”. Penjelasan Tina di tepi jalan
dekat sebuah jembatan tua jalan pintas menuju kediamannya tempat aku
meghentikan laju sepeda motor Tina kala itu. Penggalan kata itu meyakinkanku
bahwa kini Tina benar-benar telah menyukai Daeng sebagai sosok yang telah
meluluhkan hatinya dan telah berhasil menutup pintu maaf Tina terhadapku.
“
tak ada gunanya air mata merembes kawan,
malahan yang akan terjadi adalah Tina akan menertawakannmu atas tingkahmu yang
cengeng dan tak seperti sosok lamamu yang kukenal dengan sikap enjoy dari
setiap masalah yang mencoba untuk menghampirimu. Tetaplah tegar dan jangan
terlalu larut dalam kesedihan”. Ucapan dari salah seorang teman Tina itu
masih terngiang hingga kini.
Pengharapanku
terhadap Tina perlahan mulai kutepiskan walau terkadang Aku kesulitan menahan
rasa sakit dan perih yang bergejolak dalam batinku. Namun, Aku yakin bahwa cinta
tak harus dilambangkan dengan ikatan dan rasa saling memiliki akan tetapi cinta
adalah bila mana kita mampu menukar hal yang paling berharga dengan sesuatu
yang mampu membuatnya merasakan suatu kebahagiaan walau dengan merelakannya
berpindah pada hati yang lain sekalipun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar